bullying / bul·ly

Use superior strength or influence to intimidate (someone), typically to force him or her to do what one wants.

Menurut definisi, bullying atau intimidasi adalah adalah suatu tindakan atau perilaku

yang dilakukan dengan cara menyakiti dalam bentuk fisik, verbal atau psikologis oleh seseorang atau kelompok yang merasa lebih kuat kepada korban yang dianggap lebih lemah secara berulang-ulang tanpa ada perlawanan dengan tujuan membuat korban menderita. Bullying biasa dilakukan kepada individu yang dianggap minoritas, dipandang “lebih rendah” atau “lebih buruk” daripada pelakunya. Seseorang bisa mengalami bullying karena bermacam hal, mulai dari tampilan fisik, kondisi ekonomi, warna kulit, usia yang masih muda, jenis kelamin, disabilitas yang dimiliki maupun kondisi kesehatan seperti yang dialami oleh ODHA. Bullying bisa dialami oleh ODHA karena status positifnya dan bahkan bisa terjadi juga pada pasangan, keluarga maupun rekan kerjanya karena interaksi mereka dengan kita sebagai ODHA.

Bentuknya sangat bermacam

Barbara Coloroso (2006 : 47 – 50), membagi bullying dalam 4 kategori, yaitu :

1. Bullying Secara Verbal.

Perilaku ini dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam, penghinaan, teror, mengintimidasi, dan lain-lain. Bullying dalam bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah dilakukan dan akan menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih lanjut. Misalnya dengan memberi kita panggilan yang konotasinya negatif dan ada hubungannya dengan status positif kita, seperti misalnya “Edi ODHA, Si Positif, Ipeh HIV.”

2. Bullying Secara Fisik.

Termasuk di antaranya adalah memukul, menendang, menampar, mencekik, menggigit, merusak, meludahi. Bullying jenis ini paling terlihat dan mudah untuk diidentifikasi dan dilaporkan. Contohnya adalah saat teman sekantor kita tiba-tiba merobek laporan hasil kerja kita dan membuangnya ke muka kita hanya karena status kita sebagai ODHA, padahal yang kita kerjakan sudah benar.

3. Bullying Secara Relasional/Psikis.

Bullying secara relasional adalah merendahkan harga diri korban secara terus-menerus melalui pengabaian, pengucilan, atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tertawa yang mengejek. Bullying jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Misalnya saat rombongan pengajian ibu-ibu mengajak orang lain untuk mengaji bersama di masjid dekat rumah, tapi dengan sengaja tidak mengajak kita karena kita ODHA, padahal kita juga anggota pengajian yang sama.

4. Bullying Elektronik (termasuk juga cyber bullying).

Bullying elektronik merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting, e-mail maupun SMS. Cara ini biasanya digunakan untuk meneror korban dengan tulisan, gambar, ataupun rekaman video yang sifatnya mengintimidasi. Bullying jenis ini paling sering dilakukan dan dialami oleh remaja. Bisa dengan mengedit foto kita di media sosial lalu diposting kembali dengan kata-kata cacian, atau bisa juga dengan membuat status atau tulisan di media sosial yang menyebutkan status kita sebagai ODHA. Padahal, status positif ODHA sifatnya rahasia, bahkan untuk pendamping dan petugas kesehatan yang menangani pasien ODHA, mereka tidak boleh memberitahukan status positif ODHA pada siapapun tanpa seijin ODHA.

Dampak bullying

Korban bullying biasanya terpuruk kondisinya, baik secara fisik maupun mental. Mereka akan mengalami masalah kejiwaan hingga tidak sedikit yang berujung trauma atau hingga muncul keinginan untuk bunuh diri. Beberapa dampak bullying bagi korban adalah :

  • Enggan untuk pergi ke sekolah atau tempat kerja.
  • Mengalami penurunan prestasi.
  • Kepercayaan diri yang semakin menurun.
  • Merasa terisolasi dalam pergaulan, lebih banyak menyendiri.
  • Sering sakit secara tiba-tiba.
  • Gelisah dalam tidurnya.
  • Emosi menjadi sulit terkontrol. 
  • Depresi dan munculnya keluhan atau perubahan perilaku.
  • Tak jarang memiliki tanda fisik, seperti memar atau luka.

Baik ODHA dewasa maupun anak, sama-sama bisa menjadi korban bullying, namun dampaknya akan lebih besar pada ODHA usia anak. Selain bisa membuat mereka terbatasi akses pendidikannya dan sulit bergaul, masih sulitnya bagi anak untuk mengelola emosi akan membuat trauma yang dialaminya lebih membekas hingga usia dewasa nanti. Lalu, bagaimana cara kita mengetahui seseorang mengalami bullying?

Ciri orang yang mengalami bullying

Berikut ini adalah beberapa ciri orang yang mengalami bullying. Coba kita pelajari baik-baik, siapa tahu ada kerabat kita yang ternyata menjadi korban.

  • Secara fisik, pakaian dan barang rusak, kehilangan uang, keluhan fisik, gangguan tidur, dan kehilangan nafsu makan.
  • Secara sosial terlibat dalam perkelahian dimana mereka terlihat tidak dapat mempertahankan diri, sering diganggu, terisolasi (terlihat menyendiri) pada saat jam istirahat sekolah atau kerja, interaksi dengan teman sangat rendah.
  • Secara emosi terlihat cemas, lemah, tidak bahagia, dan sedih tapi tidak mampu mengatakan penyebabnya, terjadi perubahan mood dan perilaku, kemarahan yang meledak-ledak, harga diri rendah, ketakutan untuk pergi ke sekolah hingga keinginan untuk bunuh diri karena tertekan, benci pada diri sendiri dan merasa sendirian.
  • Secara akademik, tiba-tiba kesulitan dalam bertanya atau menjawab pertanyaan dalam diskusi, penurunan prestasi, dan penurunan konsentrasi, tidak mau berpartisipasi dalam aktivitas dengan banyak orang dan sering tidak datang ke kelas atau tempat kerja.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan?

Setelah tahu dampak bullying sebegitu besarnya, apalagi pada ODHA usia anak, kita perlu belajar dan melakukan beberapa hal berikut ini untuk membantu korban bullying:

  1. Ikut support group. Sebagai ODHA, penting  bagi kita untuk cari tahu lembaga yang fokus bergerak di isu HIV AIDS dan ikut kegiatan mereka, supaya kita bisa punya teman yang saling mendukung dan menguatkan.
  2. Melaporkan bullying pada otoritas berwajib di lingkungan. Terlepas dari apapun respon dan tindak lanjutnya nanti, kita berhak kok melaporkan bullying yang kita alami. Setidaknya supaya tercatat ada keluhan terkait bullying di tempat itu. Kita bisa melapor ke guru BK atau kepala sekolah bila bullying terjadi di sekolah, sementara bila terjadi di tempat kerja, kita bisa melaporkannya ke divisi HRD atau ke atasan kita langsung.
  3. Menyebarluaskan informasi tentang HIV AIDS kepada lingkungan sekitar. Nah langkah ini perlu dilakukan supaya orang lain bisa paham tentang HIV AIDS, tidak lagi salah kaprah sehingga tidak melakukan bullying pada ODHA.

Pada dasarnya, bullying adalah bentuk kekerasan dan tidak ada seorang manusia pun yang pantas mendapat kekerasan dengan alasan apapun, sebagaimana tidak ada seorang pun yang berhak melakukan kekerasan. Ayo bantu diri sendiri dan orang lain yang mengalami bullying. ODHA juga punya hak yang sama dengan warga negara lainnya untuk hidup merdeka dari segala bentuk kekerasan.

Oleh: NQ

You may also like

No Comment

You can post first response comment.

Leave A Comment

Please enter your name. Please enter an valid email address. Please enter a message.