Buat Gue (dan Loe juga) sebagai ODHA, klinik untuk bisa memulai terapi dan akses ARV adalah tempat terpenting setelah rumah dan tempat Gue beraktivitas sehari-hari baik itu kantor, kampus, atau sekolah.

Karena itu, penting buat Gue dan Loe untuk memilih klinik yang tepat agar bisa menjalani terapi ARV dengan nyaman dan konsisten.

Cara paling gampang adalah, Loe bisa aktif tanya ke teman-teman yang sudah menjalani terapi di klinik tertentu, atau Loe bisa juga cek daftar klinik-klinik yang Gue rekomendasikan di sini.

Loe cukup klik nama kota untuk mencari pilihan klinik HIV yang ada di kota tempat Loe tinggal atau beraktivitas sehari-hari

Tapi sebelumnya, Loe bisa klik ‘Cara Gue memilih klinik’ di bawah ini, buat lihat tips-tips Gue yang mungkin berguna buat Loe juga.

  1. Punya layanan yang Gue butuhkan
    Datang ke klinik butuh waktu dan juga biaya, jadi pastinya Gue gak mau datang for nothing. Harus dipastikan dulu apa klinik yang gue akan datangi bisa menyediakan layanan yang gue butuhkan. Tidak semua tempat punya fasilitas tertentu, seperti layanan pengambilan obat ARV, pemeriksaan lab untuk pra-ARV, ataupun layanan rontgen.
  2. Petugas layanan yang ramah
    Di klinik, Loe bukan hanya akan berhubungan dengan dokter, tapi juga dengan petugas administrasi, perawat, dan konselor jika perlu. Tentunya kalau semua petugas di klinik melayani dengan bersahabat, kita akan bisa nyaman buat terapi ataupun konsultasi kan?Ada banyak klinik yang sudah terkenal ramah dan bersahabat, bukan cuma buat ODHA tapi juga buat LGBT, jadi pastikan dulu apa klinik yang mau Loe datangi sudah termasuk dalam kategori itu atau belum.
  3. Menjaga kerahasiaan dan tidak mendiskriminasi
    Pada dasarnya semua petugas layanan kesehatan punya kode etik untuk menjaga kerahasiaan identitas pasiennya. Gue dan Loe pasti gak mau status sebagai ODHA dibuka kepada orang lain tanpa seizin kita. Makanya, gue memilih klinik yang menurut gue bisa menjaga kerahasiaan status gue dengan baik. Tidak diskriminatif, dalam arti petugas di klinik memperlakukan Gue tidak berbeda dengan orang lain ketika melihat Gue sebagai ODHA ataupun sebagai bagian dari LGBT. Dokter atau konselor tidak seharusnya memberi “ceramah” yang konteksnya di luar dari masalah kesehatan dan perilaku Loe yang berkaitan dengan kesehatan.
  4. Jam buka yang sesuai
    “Gue kerja/kuliah/sekolah dari pagi sampe sore, gue gak bisa akses layanan kalo sore, udah tutup soalnya…”. Well, setiap klinik punya jam buka-nya sendiri. Seperti orang lain, Gue dan Loe pasti punya kesibukan, terutama di jam kerja/kuliah/sekolah. Tapi ada koq klinik yang juga buka diluar jam kerja ataupun buka di saat weekend, tinggal pinter-pinternya Loe cari informasi aja kan?
  5. Jarak dari rumah/tempat aktivitas sehari-hari
    Jarak klinik yang terlalu jauh bisa jadi masalah buat kita konsisten datang. Klinik yang dekat dari rumah atau tempat kita beraktivitas sehari-hari jelas ideal untuk mengirit waktu, gak berat di ongkos transport, dan gak bikin jadi males buat datang teratur. Tapi ada juga teman-teman Gue yang lebih suka ke klinik yang jauh karena ingin terjaga privasi-nya. Nah, itu kembali ke pilihan dan kenyamanan masing-masing kan?
  6. Harga layanannya sesuai kantong
    The cheaper the better kan? Klinik layanan HIV di Puskesmas ataupun Rumah Sakit Pemerintah sudah banyak, murah, dan bahkan gratis pula. Loe paling cukup bayar biaya administrasi kalau belum punya BPJS, atau kalau Loe periksa di Puskesmas di luar wilayah tempat tinggal Loe. Jangan kuatir masalah kualitas, Puskesmas dan RS hanya boleh membuka layanan HIV dan ARV kalau petugas mereka sudah dilatih secara khusus. Mau pilih klinik swasta juga boleh, meskipun lebih mahal, pasti ada kenyamanan lebih yang bisa Loe dapat.
  7. Prosedur pelayanan yang gak ribet
    Kalau memungkinkan, sebaiknya pilih klinik yang punya one stop service atau pelayanan satu atap dengan prosedur yang mudah Loe ikuti. Di beberapa klinik, Loe cukup nunggu di satu ruangan untuk akses ARV, konseling, atapun diambil sample darah kalau diperlukan.

Selamat memilih kawan!