Begitu dapat status HIV+, semua orang yang peduli sama Gue pasti mendorong Gue untuk mulai terapi ARV. Terus, kalau ketemu teman sesama ODHA pasti yang ditanya adalah, “sudah mulai ARV belum?”, atau “sudah berapa lama Loe ARV?”, “Dimana Loe ngambil ARV biasanya?”
Gue yakin, semua orang yang akan terapi ARV, atau baru tau status positif HIV, pasti pernah punya pertanyaan tentang “Apa itu ARV?” termasuk Loe juga kan?
Nah, disini Gue akan coba share sedikit tentang apa yang Gue tau tentang ARV yang mungkin bisa berguna buat Loe.
ARV itu apa sih?
Awalnya Gue pikir ARV itu adalah obat yang bisa menyembuhkan HIV. Tapi ternyata bukan, ARV tidak untuk menyembuhkan HIV atau membunuh virus HIV.
ARV atau Anti Retroviral adalah obat yang dapat menghambat laju pertumbuhan virus, bukan membunuh virus. Ketika pertumbuhan laju virus ini ditekan, tubuh kita akan mampu menghasilkan sel CD4 seperti orang sehat pada umumnya.
ARV ini adalah obat yang harus rutin diminum setiap harinya sepanjang usia kita untuk mencegah pertumbuhan virus HIV, dan tentunya agar kualitas kesehatan kita sama seperti orang sehat lainnya!
ARV mencegah kita memasuki tahap infeksi AIDS. Nah tahap infeksi AIDS atau ‘Acquired Immune Deficiency Syndrome’ adalah kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh kita karena virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh kita. ARV-lah yang akan membantu tubuh Loe menjauh dari tahap AIDS ini.
Ada banyak jenis obat ARV, mulai dari Atazanavir, Darunavir, Fosamprenavir, Indinavir, Lopinavir, Nelfinavir, Abacavir, yang Hamvir Gue gak bisa hapal. Tapi gak perlu dihafal koq, yang penting buat Loe adalah gimana cara minum ARV yang benar agar terapi Loe bisa efektif.
Apa bedanya ARV dengan ART?
Setelah diatas Gue sudah bilang kalau jenis ARV itu ada banyak. Nah ART adalah Anti Retroviral Therapy dimana kita menggunakan tiga atau lebih gabungan ARV. Menurut beberapa sumber, ternyata penggunaan kombinasi beberapa jenis ARV jauh lebih baik ketimbang hanya menggunakan satu jenis ARV. Cara penggunaan obat ini mencegah munculnya resistensi atau kebal terhadap satu jenis obat ARV tertentu.
Di Indonesia, ART tetap lebih umum disebut dengan terapi ARV. So, jangan bingung, kalau ada yang bilang ART dan ARV, itu maksudnya sama koq.
Kapan mulainya?
Kata dokter Gue, sebenernya gak ada batasan yang pasti kapan kita harus mulai terapi ARV. Tapi menurut anjuran Kementerian Kesehatan, setelah terdiagnosis HIV+ kita sebaiknya segera untuk memulai terapi, kecuali kalau ada penyakit penyerta (infeksi oportunistik) yang perlu disembuhkan terlebih dahulu, seperti Tuberculosis. Yang Gue pelajari, kalau kita memulai terapi di saat kondisi kita masih sehat, efek samping yang kita dapat dari minum obat ARV akan menjadi lebih ringan dari pada kalau kita memulai saat kondisi kita sudah mulai nge-drop.
Obat ARV apa yang seharusnya Gue minum?
ARV itu sendiri ada tingkatan yang disebut ‘Lini’. Nah, saat memulai minum obat ARV, biasanya Loe akan diresepkan obat ARV golongan lini 1. Obat golongan lini 1 ini ada beberapa pilihan jenis. Kalau ternyata virus di dalam tubuh Loe resisten/kebal sehingga obat ARV yang Loe minum gagal untuk menekan pertumbuhan virus di tubuh Loe, obat itu harus diganti dengan jenis lain, atau bisa juga naik tingkatan menjadi lini 2, dan seterusnya.
Tapi ingat, setiap kali Loe ganti jenis obat atau harus pindah ke lini yang lebih tinggi, pilihan obatnya akan makin terbatas. So, harus komitmen untuk patuh biar Loe gak resisten ya!
ARV sendiri dipilih berdasarkan resistensi kita terhadap obat, status kesehatan kita saat mulai terapi, dan faktor pola hidup. Itu sebabnya sebelum Loe menjalani terapi ARV, Loe akan di tes kesehatan terlebih dahulu, baru dokter yang akan menganjurkan kombinasi ARV apa yang akan Loe minum.
Saat konsultasi dengan dokter, sebaiknya Loe bisa terbuka tentang segala informasi yang diperlukan oleh dokter, biar arah terapi Loe bisa akurat sesuai dengan kondisi yang diperlukan oleh tubuh.
Dan, pastikan untuk tanya sedetil-detilnya semua hal yang Loe pengen tau tentang obat ARV yang Loe terima ya!
Sumber:
Yayasan Spiritia. (2015). Lembaran Informasi tentang HIV dan AIDS untuk Orang yang Hidup dengan HIV (ODHA). Jakarta: Yayasan Spiritia.