Jakarta, Pengidap HIV yang melakukan pengobatan terapi anti retroviral dikatakan pakar memiliki usia harapan hidup yang lebih panjang. Bahkan hampir menyamai orang lain yang tidak terinfeksi HIV.
Prof Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI dari Fakultas Kedokter Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo mengatakan terapi ARV membuat orang dengan HIV-AIDS mampu menjalani hidup normal. Kesuksesan terapi ini dinilai sebagai kunci suksesnya penanganan HIV saat ini.
“Adanya terapi ARV memperpanjang usia harapan hidup ODHA hampir menyamai orang yang tidak terinfeksi. Berbeda dengan dulu, sekarang ODHA juga bisa menikah, melahirkan dan menyusui,” tutur Prof Samsu dalam temu media di Kementerian Kesehatan, dan ditulis Selasa (1/12/2015).
Dikatakan Prof Samsu pada medio tahun 1980 dan 1990 saat ARV belum tersedia, pasien yang terinfeksi HIV bisa dikatakan tak memiliki umur panjang. Dalam waktu 6 bulan hingga 2 tahun setelah terinfeksi, pasien biasannya sudah meninggal dunia.
Namun terapi ARV yang mengisolasi virus HIV dalam tubuh membuat usia pasien menjadi lebih panjang. Hal ini terjadi karena ARV menekan virus menjadi sekecil-kecilnya sehingga tak berpotensi untuk menyebar ke bagian tubuh yang lain.
“Dulu belum ada ARV dalam waktu 6 bulan hingga 2 tahun dokter nggak akan ketemu lagi sama pasiennya. Sekarang dengan ARV ada yang 8 tahun ada yang 10 tahun masih sehat bisa beraktivitas normal,” paparnya lagi.
Baca juga: Tertular HIV dari Suami, Wanita Ini Kini Jadi Aktivis
Hal ini juga diakui oleh GS, wanita yang positif mengidap HIV. Terinfeksi HIV dari suaminya pada tahun 2005, ia rutin mengonsumsi ARV hingga sekarang.
Tak hanya mampu menikah dan memiliki anak, GS juga kini aktif sebagai aktivis HIV-AIDS di Yayasan Hidup Positif. Bahkan tahun lalu, GS melahirkan anak ketiganya secara normal dan memberikan asi eksklusif selama 6 bulan, sesuatu yang tidak mungkin bisa dilakukan 10 tahun lalu.
“Alhamdulillah karena saya ikut program dari pemerintah untuk mencegah penularan HIV ke anak, tiga-tiganya anak saya negatif. Saya juga melahirkan normal dan memberikan asi eksklusif kepada anak ketiga saya yang lahir tahun lalu,” ungkapnya.
Baik Prof Samsu maupun GS berpesan agar masyakarat untuk mau melakukan tes HIV. Dengan mengetahui status, maka pengobatan akan lebih cepat dilakukan dan mengurangi risiko HIV berkembang menjadi parah.
“Lalu untuk mereka yang baru mengetahui status positif jangan putus asa. Dunia belum berakhir. Cari informasi soal HIV dan segera melapor baik ke puskesmas atau lembaga swadaya masyarakat,” tutup Prof Samsu.
Baca juga: Diskriminasi Pengidap HIV Kadang Justru Dilakukan oleh Petugas Kesehatan
Sumber: health.detik.com.
No Comment
You can post first response comment.