Apa itu TB?
TB adalah penyakit yang disebabkan kuman Mycobacterum tuberculosis. Kuman ini biasanya masuk melalui saluran napas dan akan bersarang di paru-paru. Selain itu, kuman ini dapat menyebar ke daerah sekitar paru maupun melalui pembuluh darah dan kelenjar getah bening, sehingga menyebabkan penyakit di bagian tubuh yang jauh dari paru-paru. Hanya saja kondisi ini sangat dipengaruhi oleh status kekebalan tubuh seseorang. Perlu diketahui bahwa manusia adalah satu-satunya tempat di mana kuman ini dapat berkembang biak.
Keluarga kuman ini bersifat tahan asam dan memerlukan pengecatan khusus, yakni Ziehl-Neelsen, agar tampak di mikroskop. Pada latar yang kontras kuman ini tercat merah muda. Perlu sekitar 10.000 organisme per mililiter dahak untuk bisa memvisualisasikan bakteri ini.
Bagaimana kuman TBC menyebar?
Kuman TBC menyebar melalui udara saat si penderita batuk, bersin, berbicara, atau bernyanyi. Yang hebat, kuman ini dapat bertahan di udara selama beberapa jam. Perlu diingat bahwa TBC tidak menular melalui berjabat tangan dengan penderita TBC, berbagi makanan/minuman, menyentuh seprai atau dudukan toilet, berbagi sikat gigi, bahkan berciuman.
Bahayakah TBC?
TBC adalah kasus kompleks yang bila ditangani dengan tepat bisa disembuhkan, dan bila dibiarkan bisa berujung kematian. Orang yang terkena TBC dapat sembuh tanpa meninggalkan cacat sama sekali, sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas di paru-paru, atau menyebar, hingga meninggal dunia.
Pada kasus TBC, sering terjadi under-treatment atau over-diagnosis karena berbagai alasan. Misalnya orang yang tak sadar bahwa ia sakit TB sehingga tidak berobat, lalai minum obat, dokter yang paranoid dengan TBC, dsb. Hal ini bisa menimbulkan permasalahan seperti rantai penularan yang terus berlanjut dan kuman yang menjadi resisten terhadap obat (TB-MDR, multi drugs resistance). Kasus infeksi oleh kuman yang resisten akan menambah beban baik pasien maupun negara. Karena sulit, kasus TB-MDR perlu 1,5 tahun pengobatan dengan biaya yang mahal.
Siapakah yang disebut sakit TB?
Orang yang bernafas menggunakan udara yang sama dengan yang tercemar kuman TBC bisa saja terinfeksi TBC; hal ini disebut infeksi TBC laten. Infeksi laten berarti orang tersebut telah terinfeksi kuman TBC, namun karena daya tahan tubuh yang bagus, maka kuman menjadi tidak aktif dan orang tersebut tidak sakit. Orang dengan infeksi laten tidak mempunyai gejala TBC dan tidak bisa menularkan TBC ke orang lain, berbeda dengan orang yang sakit TBC.
Orang dengan penyakit TBC memiliki kuman aktif dalam tubuhnya dan berpotensi menularkan ke orang lain. Akan tetapi, bisa saja suatu waktu orang dengan infeksi laten berkembang menjadi penyakit TBC karena kondisi daya tahan yang menurun. Tak jarang orang seperti ini mendapat pengobatan pencegahan penyakit TBC.
Apa saja gejala TBC?
Batuk merupakan salah satu gejala TBC paru yang sering ditemukan. Batuk biasanya berlangsung lebih dari tiga minggu dan kadang dijumpai batuk darah. Biasanya penderita TBC juga akan mengeluhkan nyeri di bagian dada serta sesak napas. Secara umum, TBC membuat penderitanya merasa lemah dan tampak sakit berat, kehilangan berat badan, dan demam disertai keringat malam hari
Apakah TBC hanya menyerang paru?
Kuman TBC bersifat sangat aerobik sehingga mudah tumbuh di dalam paru. Akan tetapi, kuman TBC juga dapat menyebar ke daerah sekitar paru melalui jalan napas (penyebaran bronkogenik) dan ke organ tubuh lain melalui pembuluh darah maupun kelenjar getah bening. Organ selain paru yang bisa diserang TBC adalah:
• Pleura (lapisan pembungkus paru)
• Kelenjar getah bening
• Selaput otak
• Perikard (selaput pembungkus jantung)
• Tulang dan persendian
• Kulit
• Usus
• Ginjal
• Saluran kencing,dan alat kelamin
• Mata, dll.
Biasanya infeksi TBC di luar paru dikaitkan dengan turunnya kekebalan tubuh terutama karena HIV. Riset menunjukkan jika lebih dari 50% pasien HIV yang sudah masuk tahap AIDS mengalami TBC di paru dan organ lainnya. Gejala dan pengobatan yang diberikan disesuaikan dengan organ yang terkena dan butuh penanganan oleh dokter spesialis.
Perlukah Gue tes TBC?
Umumnya tes TBC memang tidak dilakukan pada setiap orang. Mereka yang perlu dites adalah:
• Orang yang berhubungan dengan penderita TBC
• Orang dengan infeksi HIV atau penyakit lain yang melemahkan kekebalan tubuh
• Orang yang memiliki gejala TBC
• Orang dari negara di mana TBC lazim ditemui (Amerika Latin, Karibia, Afrika, Asia, Eropa Timur, Rusia)
• Orang yang tinggal di daerah padat penduduk (penjara, penampungan, panti sosial)
• Orang yang menggunakan narkoba
Pemeriksaan apa yang diperlukan untuk diagnosis TBC?
Saat berkunjung ke dokter, urutan pemeriksaan yang dikerjakan adalah:
• Anamnesis. Menanyakan riwayat sakit dan faktor risiko
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
– Bakteriologik dengan menggunakan dahak. Sampel yang dibutuhkan adalah dahak saat datang periksa pertama kali, dahak pagi hari saat bangun tidur, dan dahak datang kembali ke tempat periksa. Dahak kemudian dapat dimanfaatkan untuk pemeriksaan mikroskopis atau biakan.
– Pemeriksaan radiologi standarnya dengan foto x-ray dada, namun bisa juga dilakukan CT-scan bila ada indikasi menurut dokter yang memeriksa.
– Mantoux test atau dikenal dengan uji tuberculin biasa dilakukan di negara yang tingkat infeksi TB nya rendah. Sementara di Indonesia, uji ini kurang berarti apalagi pada orang dewasa.
– Pemeriksaan serologi TBC atau deteksi DNA kuman TBC menggunakan metode PCR.
Jika hasil dirasa meragukan, maka dokter akan menunggu beberapa saat untuk mengulang tes dan memastikan diagnosis TBC.
Bagaimana TBC diobati?
Pengobatannya bersifat jangka panjang dan terbagi dalam 2 fase. Fase pertama adalah fase intensif yang berlangsung selama 2-3 bulan. Selanjutnya adalah fase lanjutan yang berlangsung 4-7 bulan.
Obat yang digunakan biasanya adalah obat utama, namun pada kasus tertentu mungkin memerlukan obat tambahan. Obat utama terdiri atas isoniazid (INH), rifampisin, etambutol, dan pirazinamid. Pengobatan dinyatakan komplit bila dosis tercapai atau periode pengobatan terpenuhi.
Penghentian sebelum waktunya membuka kemungkinan kambuh (relaps) dan minum obat yang tidak sesuai ketentuan bisa menyebabkan TBC-MDR. Penderita AIDS dengan TBC mendapat pengobatan lain selain TBC.
Adakah efek samping pengobatan TBC?
Kebanyakan penderita TBC dapat menyelesaikan pengobatan tanpa mengalami efek samping. Namun tetap perlu dipantau karena efek samping dapat timbul sewaktu-waktu. Beberapa efek samping yang mungkin ditimbulkan dari pengobatan TB:
• Mual dan muntah
• Kencing berwarna kemerahan
• Gangguan pendengaran
• Gangguan penglihatan
• Gatal-gatal pada kulit
• Gangguan fungsi hati
• Gangguan metabolisme ginjal terkait asam urat
Disarankan bagi para penderita TBC, selain rajin meminum obat juga rajin kontrol ke dokter untuk memantau timbulnya efek samping.
Apa itu PMO?
PMO adalah pengawas minum obat. PMO diperlukan karena periode pengobatan yang panjang dan membutuhkan kedisiplinan dari pasien. Biasanya yang ditunjuk menjadi PMO adalah anggota keluarga yang tinggal serumah, sehingga bisa mengingatkan waktu minum obat.
Tugas PMO yang lain adalah memperhatikan kemunculan efek samping akibat mengonsumsi obat TB. Selain melaporkanya pada dokter atau tenaga kesehatan, PMO juga diharapkan mampu memotivasi pasien TB yang menolak minum obat.
Bagaimana mencegah TBC?
- Pendidikan. Dengan pendidikan yang memadai, masyarakat menjadi tahu bahwa TB tidak menular melalui merokok, konsumsi alkohol, stres, kelelahan, tidur di lantai, atau tidur larut malam.
• Rumah sehat dengan ventilasi cukup
• Menjaga kebersihan lingkungan
• Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
• Menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin
• Tidak meludah atau membuang dahak di sembarang tempat
Referensi
www.cdc.gov
pppl.depkes.go.id
Pedoman diagnostik dan penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia
No Comment
You can post first response comment.