Belum lama ini jagad persilatan per-HIV-an Indonesia heboh banget dengan adanya berita salah seorang pasien HIV di Amerika dinyatakan “sembuh” (dalam tanda kutip) dari HIV. Dan tiap kali berita ini dibagikan di group sosial media maupun Whatsapp, ramai yang mengkomentari. Yuk kita intip bagaimana sebenarnya pasien tersebut dinyatakan “sembuh” dari HIV.
Sekilas Mengenai New York Patient
Pasien HIV yang dimaksud merupakan seorang perempuan paruh baya dari ras campuran, sedangkan identitasnya minta dirahasiakan. Saat ini dijuluki New York Patient (kita sebut saja NYP).
Si NYP ini sebelumnya menderita penyakit Acute Myeloid Leukemia (AML), sejenis kanker yang menyerang sumsum tulang belakang dan dapat menyebar ke bagian organ lainnya. Untuk pengobatannya, rata-rata pasien akan mendapatkan kemo terapi. Namun si NYP ini setuju dirinya dilakukan percobaan menggunakan metoda cangkok Haplo-Cord. Metoda ini juga tidak mudah, karena si calon donor harus memiliki kesamaan Human Leukocyte Antigens (HLA), dan kebanyakan donor ideal adalah saudara kandung, itu juga kemungkinan untuk cocok hanya 30%. Jika tidak ada yang cocok bagaimana? Harus cari calon donor lainnya yang HLA-nya tadi cocok atau mendekati cocok dengan si pasien, ini seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami.
Di awal terapi, si NYP menerima cangkok sel dari tali pusar bayi (umbilical cord), baru kemudian dicangkok lagi menggunakan haplo-cord dari orang dewasa. Sampai sini sudah kebayang prosedurnya yang ribet (dan mahal!) belum?
Kebetulan, si calon donor dari haplo-cord tadi juga memiliki mutasi genetik yang sangat jarang terjadi di manusia, yang disebut CCR5 delta 32 homozygous mutation dimana orang dengan mutasi genetik ini tidak dapat terinfeksi oleh virus HIV. Hanya 10% manusia di bumi yang memiliki mutasi genetik ini dan mayoritasnya adalah orang Eropa Utara. Jadi bagaimana jika calon donor adalah orang biasa? Kemungkinan besar si NYP ini ngga dinyatakan “sembuh” dari HIV.
Setelah sukses menjalani cangkok haplo-cord tadi, NYP diminta tidak minum obat ARV-nya selama 3 tahun, dan dalam 14 bulan kebelakang ini para peneliti menyatakan tidak dapat mendeteksi keberadaan virus HIV sehingga dinyatakan “sembuh”. Kok “sembuh” bukan sembuh beneran? Karena sampai saat ini NYP masih dalam proses pemantauan oleh para peneliti.
Jika Gue Positif HIV, Dapat Disembuhkan Juga Donk Dengan Cangkok Stem Cell?
Pertama, tidak semua pasien cangkok stem cell dapat bertahan hidup. Karena efek sesudah prosedur operasi sangat menyakitkan. Hampir semua pasien yang menjalani prosedur cangkok stem cell akan mengalami fenomena “graft versus host disease” (GVHD), dimana sel-sel yang dimasukkan ke tubuh Loe akan menyerang sel-sel di tubuh Loe sendiri, ini akan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa mulai dari sakit kepala, muntah-muntah, hingga mengakibatkan kematian.
Yang kedua, bukan semua donor dapat dipakai, melainkan donor yang memiliki kelainan genetik seperti yang disebutkan di atas.
Ketiga, biayanya luar biasa mahal, hingga mencapai milyaran rupiah.
So, untuk sementara ini, pengobatan dengan ARV masih-lah perawatan HIV yang jauh lebih mudah dan murah bagi kita, kecuali Loe adalah Sultan yang punya kilang minyak, silahkan saja berburu calon donor yang memenuhi syarat seperti disebut di atas.
Sumber: What Does the ‘New York Patient’ Mean for Everyone Else Who’s Living With HIV?
No Comment
You can post first response comment.