Metamfetamin kristal atau yang dikenal dengan sebutan sabu adalah salah satu zat narkotika yang cukup populer dalam pesta chemsex (chemical sex), lantaran memberi efek kebahagiaan, kenyamanan, rasa percaya diri, dan membuat penggunanya menjadi hiperaktif dan bertenaga selama 18 hingga 24 jam. Bayangkan betapa ‘perkasanya’ seorang cowok yang menggunakan sabu ini ketika sedang bercinta!
Menurut penelitian dari Sanford Burnham Prebys Medical Discovery Institute seperti yang
dilansir dari situs spbdiscovery (2016), penggunaan sabu juga cukup populer di antara ODHIV, yakni sekitar 25 persen dari total pengguna chemsex di Amerika Serikat. Padahal penggunaan sabu dapat menyebabkan kerusakan fisik, psikologis, dan sosial. Dan untuk ODHIV yang sedang melakukan perawatan, gabungan antara efek penggunaan sabu, ARV dan infeksi HIV akan mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf yang tidak main-main!
Penggunaan sabu juga diyakini bisa memfasilitasi penularan HIV, ini karena adanya perubahan perilaku pada pengguna sabu seperti kurang disiplin mengkonsumsi ARV. Juga, konsumsi sabu bisa mengkonsumsi risiko resistensi terhadap ARV. Selain itu, tak sedikit ODHIV penggila chemsex, yang saat menderita kelelahan alih-alih mengunjungi dokter justru menggunakan sabu akibatnya bisa kena anemia deh!
Menggunakan sabu ternyata juga dapat mempengaruhi perkembangan dan komplikasi penyakit yang timbul akibat HIV secara lebih langsung. Dalam penelitian pada hewan misalnya, sabu dapat merusak sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan replikasi HIV; sementara dalam penelitian pada manusia, sabu membuat ODHIV berisiko mengalami demensia alias pikun akut.
Konsekuensi lain dari penggunaan sabu yang sangat berbahaya bagi ODHIV yakni kerusakan pada gigi dan gusi, nafsu makan berkurang, kebiasaan makan yang tidak sehat dan penurunan berat badan. Dan bagi yang sudah berada pada taraf kecanduan alias menggunakan sabu selama berhari-hari, biasanya menjadi cepat lelah, depresi dan anti sosial.
Efek samping lainnya ketika sedang tidak menggunakan sabu yakni peningkatan risiko serangan jantung, stroke, gangguan daya ingat, gangguan terhadap kemampuan memproses informasi alias lemot, masalah psikologis seperti depresi, agresif, halusinasi dan paranoia. Penggunaan kronis juga dapat menyebabkan kerusakan pada sistem kardiovaskular, paru-paru, hati, otot, dan sel-sel saraf di otak.
No Comment
You can post first response comment.