Mungkin #SahabatOBS #SahabatGue sudah sering membaca artikel mengenai HIV dan AIDS, nah disini kita coba bahas lagi yuk mengenai kedua hal tersebut dan informasi-informasi lainnya yang mendukung.

HIV itu kepanjangan dari Human Immunodeficiency Virus atau dalam bahasa kita itu artinya virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ingat ada kata manusia jadi HIV hanya ada di Manusia. Lalu AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang artinya sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena HIV telah merusak sistem kekebalan tubuh manusia.

Apa perbedaan antara HIV dan AIDS?
Seseorang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat bertahun-tahun tabpa ada tanda fisik atau gejala infeksi. Orang yang terinfeksi virus tersebut tetapi tanpa gejala adalah “HIV-Positif” atau mempunyai “penyakit HIV tanpa gejala.
Apabila gejala mulai muncul, orang tersebut disebut mempunyai “infeksi HIV bergejala” atau “penyakit HIV lanjutan”. Pada stadium ini seseorang kemungkinan besar akan mengembangkan infeksi oportunistik, “AIDS” merupakan definisi yang diberikan kepada orang terinfeksi HIV yang masuk pada stadium infeksi berat. (Baca juga: HIV dan AIDS. Apa bedanya sih?)

Istilah AIDS terutama dipakai untuk kepentingan kesehatan masyarakat, sebagai patokan untuk laporan kasus. Sekali kita dianggap AIDS, berdasarkan gejala dan/atau status kekebalan, kita dimasukan pada statistic sebagai kasus, dan status ini tidak diubah walau kita menjadi sehat kembali. Oleh karena itu, istilah AIDS tidak penting buat kita sebagai individu. (Baca juga: Infeksi Nosokomial sebagai penyebab ODHA ditolak dari RS?)

Orang terinfeksi HIV (atau biasa disebut ODHA) yang mempunyai semakin banyak informasi, dukungan dan perawatan medis yang baik dari tahap awal penyakitnya akan lebih berhasil menangani infeksinya. Terapi antiretroviral (ART atau ARV) yang sekarang semakin terjangkau dapat memperlambat kecepatan penggandaan HIV; obat lain dapat mencegah atau mengobati infeksi yang disebabkan HIV. (Baca juga: Dimana Sich Saya Bisa Dapat ARV?)

Dari mana asalnya HIV?
Sampai saat ini tidak ada seorang pun yang tahu asal HIV, cara kerja yang sesungguhnya atau bagaimana HIV dapat diberantas dari tubuh seseorang. Sampai saat ini pun masih banyak perdebatan mengenai asal mula HIV itu sendiri muncul pertama kali. Di setiap negara, waktu laporan infeksi HIV pertama muncul, orang menyalahkan kelompok yang sudah terpinggirkan dan pada akhirnya banyak orang yang menganggap penularan HIV sendiri banyak terjadi karena kemiskinan dan yang memiliki perilaku “berbeda”. Sampai terkadang karena merasa penampilan dan perilakunya “baik”, akhirnya menganggap bahwa “itu tidak mungkin terjadi pada saya”. (Baca juga: Baju Bekas Tidak Dapat Menularkan HIV)

Kapan waktunya tes HIV dan apa itu tes HIV?
Untuk mengetahui dan meyakinkan kita terinfeksi atau tidak oleh HIV, kita harus melakukan tes HIV secara sukarela atau biasa dikenal dengan VCT (Voluntary Counseling Testing). Dalam VCT terdapat proses konseling pra testing, konseling post testing, dan testing HIV secara sukarela yang bersifat confidental dan secara lebih dini membantu orang mengetahui status HIV. Untuk mendapatkam tes HIV ini cukup cepat, mudah dan murah (bahkan seringkali gratis). (Baca juga: Mengapa Perlu Tes HIV?)

Kamu disarankan untuk melakukan VCT jika:

  • Berhubungan seks tanpa kondom,
  • Memakai jarum suntik secara bersamaan (saat menyuntikkan narkoba, hormon, atau bahkan silikon),
  • Menjadikan diri kamu beresiko tertular HIV dengan cara lain, atau apabila kamu khawatir mungkin telah tertular.

Tahapan HIV sampai timbul gejala AIDS
Jika digambarkan, ada beberapa tahapan ketika seseorang mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS, yaitu:
Tahap 1: periode jendela (setelah menjadi HIV positif)
– HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibodi terhadap HIV dalam darah.
– Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat.
– Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini.
– Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu-6 bulan.

Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
– HIV berkembang biak dalam tubuh.
– Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat.
– Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibodi terhadap HIV.
– Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun, namun di negara berkembang lebih pendek).

Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
– Sistem kekebalan tubuh semakin turun.
– Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dan lain-lain.
– Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuh individu.

Tahap 4: AIDS
– Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah.
– Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah.

(Baca juga: Apa Gejala Saya Terinfeksi HIV?)

Bagaimana HIV Menular
HIV terdapat di darah seseorang yang terinfeksi (termasuk darah haid), air susu ibu, air mani dan cairan vagina.
Pada saat berhubungan seks tanpa kondom, HIV dapat menular dari darah, air mani atau cairan vagina orang yang terinfeksi langsung ke aliran darah orang lain, atau melalui selaput lendir (mukosa) yang berada di vagina, penis, dubur atau mulut.

HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV; saat ini darah donor seharusnya diskrining oleh Palang Merah Indonesia (PMI), sehingga risiko terinfeksi HIV melalui transfusi darah seharusnya rendah, walau tidak nol.

HIV dapat menular melalui alat suntik (misalnya yang dipakai secara pergantian oleh pengguna narkoba suntikan), melalui alat tindakan medis, atau oleh jarum tindik yang dipakai untuk tato, bila alat ini mengandung darah dari orang yang terinfeksi HIV.

HIV dapat menular pada bayi saat kehamilan, kelahiran, dan menyusui. Bila tidak ada intervensi, kurang lebih sepertiga bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu dengan HIV akan tertular.

HIV hanya dapat hidup di dalam tubuh manusia yang hidup dan hanya bertahan beberapa jam saja di luar tubuh.

HIV tidak dapat menular melalui air ludah, air mata, muntahan, kotoran manusia dan air kencing, walaupun jumlah virus yang sangat kecil terdapat di cairan ini. HIV tidak ditemukan di keringat.

HIV tidak dapat menembus kulit yang utuh dan tidak menyebar melalui sentuhan dengan orang yang terinfeksi HIV, atau sesuatu yang dipakai oleh orang terinfeksi HIV; saling penggunaan perabot makan atau minum; atau penggunaan toilet atau air mandi bergantian.

Perawatan seseorang dengan HIV tidak membawa risiko apabila tindakan pencegahan diikuti seperti membuang jarum suntik secara aman dan menutupi luka.

HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk atau serangga pengisap darah yang lain. Kebanyakan serangga tidak membawa darah dari satu orang ke orang lain ketika mereka menggigit manusia. Parasit malaria memasuki aliran darah dalam air ludah nyamuk, bukan darahnya.

(Baca juga: HIV dan Kontak Sosial)

Pengobatan HIV
Jika ternyata kamu terinfeksi HIV, walaupun infeksi HIV masih belum dapat disembuhkan, namun ada obat yang dapat menekan penggandaan virus itu dalam darah kita sehingga jumlah virus menjadi sangat rendah. Obat tersebut dikenal sebagai antiretroviral (ARV). Dengan mengkonsumsi ARV, ini akan membantu kamu hidup lama dan sehat. Selain mengkonsumsi ARV, kamu juga diharapkan merubah pola hidupmu menjadi lebih sehat, karena yang diserang HIV adalah kekebalan tubuhmu. (Baca juga: Seputar Viral Load)

Sumber:
http://www.spiritia.or.id/art/bacaart.php?artno=1001#HIV
http://aids-ina.org/modules.php?name=FAQ&myfaq=yes&id_cat=1&categories=HIV-AIDS
http://spiritia.or.id/cst/bacacst.php?artno=1080
https://publicahealth.wordpress.com/2009/06/19/vct-metoda-evektif-deteksi-dan-pencegahan-hivaids/http://www.odhaberhaksehat.org/2017/serba-serbi-hiv-dan-aids/#more-7315

You may also like

No Comment

You can post first response comment.

Leave A Comment

Please enter your name. Please enter an valid email address. Please enter a message.