Ini kisah tentang salah seorang sahabat gue. Dia adalah ibu yang tangguh. Single parent yang membesarkan anaknya dan juga harus berjuang dengan HIV. Gue ketemu beliau waktu kumpul Kelompok Dukungan Sebaya bareng putrinya yang cantik. Kurang lebih 5 tahun yang lalu sahabat gue ini cerai dengan suaminya. Suaminya selingkuh, dan dia ditinggal begitu saja. Lalu sahabat gue ini jatuh sakit sampai hampir sekarat. Usut punya usut ternyata didiagnosa positif HIV. Dan mantan suaminya itu ternyata meninggal karena HIV.

Berkali-kali masuk rumah sakit, dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Juga harus merawat seorang anak yang masih kecil. Pergi ke pasar untuk berjualan bumbu dapur. Pekerjaannya sederhana, tapi semangat juang ibu satu anak ini selalu bikin gue malu hati kalau suka ngeluh. Bayangkan seorang wanita, dikhianati, tak dinafkahi, diwarisi HIV dan tetap harus berjuang sendiri dengan banyak IO (Infeksi Oportunistik) yang muncul. TB, jamur dan beberapa IO sudah sempat muncul.

Tapi ibu yang sekarang jadi aktivis HIV ini selalu menginspirasi. Dia berhasil melewati 3 tahun pertama masa kritisnya. Sekarang bahkan kalau ada ODHIV baru dia selalu ada di barisan terdepan buat jenguk ke rumah sakit. Kondisi ekonomi yang sederhana pun tak jadi penghalang buat ibu ini, dia selalu nyempetin buat liburantiap bulan, bahkan sama kami ODHIV lainnya. Menurutnya, hidup itu harus dinikmati. Susah ya pasti, tapi harus berjuang, harus senang, harus ikhlas. Dan selalu sempetin liburan. Entah naikgunung, pergi ke pantai atau sekedar kumpul makan-makan. Pokoknya dia selalu bilang ke gue,

“Loe boleh punya beban hidup yang berat tapi jangan bikin itu makin berat dengan banyak ngeluh. Harus happy. Nikmati. Ikhlas itu emang susah tapi pasti bisa kalau loe mau.”
Saat kita pernah ketemu dulu, gue juga inget kalo dia pernah bilang, “Gue aja yang cuma tukang jual bumbu bisa sekolahin anak dan masih punya banyak mimpi. Masih sempetin liburan. Lha kenapa loe harus banyak ngeluh? Bangun deh, nikmatin hidup.
”Oh ya, ibu ini paling semangat kalau traktir makan bakso, sambil ngga pernah ketinggalan senyum tulusnya itu yang menyiratkan kebaikan. Walaupun mungkin gak kaya berlebihan secara materi, tapi dimana ada niat berbagi, disitu pasti ada jalan. Kalau inget senyumnya, gue selalu merasa kuat lagi. Tahun ini, ibu keren ini akhirnya akan menikah. Gue yakin pria yang menikah sama dia beruntung banget bisa punya istri yang tegar. Thank God gue bisa kenal sosok wanita tangguh ini.

Dia bisa. Loe bisa. Gue bisa

 

 

words from Fiko

 

 

You may also like

No Comment

You can post first response comment.

Leave A Comment

Please enter your name. Please enter an valid email address. Please enter a message.