Seorang pegiat HIV dan AIDS asal Amerika Serikat, Antron-Reshaud Olukayode, meninggal dunia karena penyakit terkait AIDS, seperti yang diberitakan oleh situs Poz. Ini cukup mengejutkan karena ia baru berusia 33 tahun. Usia yang masih cukup muda kan? Rupanya Antron menderita Sarkomi Kaposi, kanker terdefinisi AIDS yang mematikan.

Dan, yang lebih mengejutkan, Antron rupanya berhenti mengkonsumsi obat Antiretroviral (ARV), meski ia termasuk salah satu pegiat HIV dan AIDS yang bahkan muncul di kampanye nasional! Ada apa dengan Antron? Rupanya Antron terkena depresi yang membuat dia tertekan dan pada akhirnya memutuskan untuk berhenti melakukan pengobatan. Antron adalah contoh kematian karena AIDS yang kerap tersembunyi di depan mata.

Di Amerika Serikat, ada sekitar 7000 orang dengan HIV (ODHIV) yang meninggal karena infeksi oportunistik (IO). Ini tentu mengagetkan karena kemajuan pengobatan memungkinkan ODHIV untuk terus sehat dan memiliki harapan umur panjang.

Tapi fakta tersebut sia-sia belaka jika ODHIV menolak untuk melakukan pengobatan ARV. Dan ini tentu menimbulkan pertanyaan bagi keluarga yang ditinggalkan: mengapa ada orang yang tidak pernah melakukan tes HIV, mengabaikan gejala, menghentikan pengobatan atau menyembunyikan penyakitnya? Apa yang telah terjadi?

Tak dipungkiri, kebenaran seringkali menimbullkan ketidaknyamanan. Pada dekade pertama epidemi HIV dan AIDS, menyandang status HIV positif berarti bergabung dengan komunitas masif yang saling memberi dukungan. Sekarang, status HIV seseorang seringkali bukan lagi urusan kamu alias telah menjadi urusan individu—apalagi jika ODHIV tersebut adalah seseorang yang mapan secara finansial dan memiliki akses kesehatan yang baik.

Bahaya dari perilaku “lone ranger” ini membuat ODHIV yang bermasalah secara psikologis seringkali gagal mendapat dukungan yang dibutuhkan. Tapi bagaimana dengan ODHIV yang hidup di bawah garis kemiskinan? Bukan saja mereka tidak memiliki akses terhadap kesehatan, lebih parahnya, mereka juga kadang tidak punya akses support dari komunitas! Dan, dengan keterbatasan pengetahuan dan ekonomi, mereka menelusuri internet dan menjadi korban obat herbal yang bisa dibeli secara bebas.

Akibatnya fatal, kematian mengancam di depan mata dan mereka bisa saja menularkan virus ini tanpa mereka sadari. Itulah mengapa masih banyak kematian yang terkait AIDS, meski kemajuan pengobatan telah memungkinkan bahwa HIV dapat dikendalikan.

You may also like

No Comment

You can post first response comment.

Leave A Comment

Please enter your name. Please enter an valid email address. Please enter a message.