Pernah atau bahkan masih bingung tentang jenis ARV apa yang Loe minum? Apa isinya? Bagaimana cara minumnya? Dan apa efek sampingnya?

Sama, Gue juga awalnya begitu. Tapi setelah banyak baca dan tanya sana sini tentang jenis-jenis ARV, Gue akan coba berbagi info tentang jenis-jenis ARV yang saat ini umumnya diresepkan untuk ODHIV di Indonesia.

obat anti HIV dari jenis lamivudine, stavudine, hiviralMungkin bisa berguna buat Loe untuk tau sebenarnya obat jenis apa sih yang Loe minum, bagaimana cara meminumnya, apa efeknya, fungsinya buat apa, dan sebagainya.

Saat Loe mulai terapi ARV, dokter biasanya akan meresepkan kombinasi menggunakan 3 jenis obat ARV yang disebut highly active antiretroviral therapy (HAART). Kombinasi ini umumnya mencakup:

Dua jenis obat dari golongan dasar (NRTI) + Satu jenis obat dari golongan NNRTI, atau Satu jenis obat dari golongan PI, atau Satu jenis obat dari golongan INSTI

Nah, berikut ini adalah jenis-jenis ARV yang banyak digunakan (per tahun 2020):

 

A. Golongan NRTI (Nucleside RTI):

1. AZT atau Zidovudine

AZT ini dikonsumsi 500-600mg per hari. Kalau Loe ada gejala anemia (Hb darah rendah), kemungkinan dokter akan menganti AZT dengan tenovovir (TDF).

Oh iya, menurut dokter Gue, AZT ini tidak boleh dikombinasikan dengan Metadon, karena akan meningkatkan dosis dari AZT ini yang bisa menyebabkan overdosis.

2. Tenofovir atau TDF

Kalau TDF ini diminum sebanyak 300mg per harinya. Nah biasanya efek samping dari TDF ini bisa menyebabkan kerusakan ginjal dan hati, buat mencegah kerusakan itu penting banget buat Loe yang mengonsumsi obat ini untuk rajin-rajin minum air putih, serta rutin memeriksakan fungsi ginjal dan hati secara rutin.

3. 3TC atau Lamivudine

3TC disediakan berbentuk tablet dengan isi 150mg dan 300mg. Untuk Loe yang mengonsumsi obat jenis ini biasanya dikonsumsi sebanyak 300mg per harinya. 3TC dapat diminum bersamaan dengan waktu makan. Pada beberapa orang 3TC bisa menyebabkan rambut rontok.

Tapi sekarang sudah ada AZT yang telah digabungkan dengan 3TC dalam satu pil yang disebut Duviral.

4. Emtrisitabine atau FTC

Dosis FTC yang biasa adalah 200mg sebagai satu pil sekali sehari. FTC ini pada dasarnya obat yang serupa dengan 3TC. Jadi FTC dapat diganti dengan 3TC atau sebaliknya tanpa ada risiko. FTC tidak dianjurkan pada ODHA dengan infeksi hepatitis B.

FTC dapat dipakai dengan makan atau dengan perut kosong. Buat Loe yang punya masalah ginjal, perlu banget Loe konsultasikan dengan dokter. Karena kalau Loe punya masalah ginjal, biasanya dokter akan memberikan dosis yang lebih rendah.

FTC juga tersedia dalam bentuk gabungan dengan TDF dalam satu pil, dengan merk dagang Truvada.

5. Abacavir (ABC)

 

B. Golongan NNRTI (Non-Nucloeside RTI)

1. Nevirapine atau NVP

Dosis nevirapine (atau neviral) yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 200mg per hari untuk dua minggu (masa awal), kemudian 400mg per hari (200mg dua kali sehari). Kalau kita punya masalah hati, atau ada ruam yang berlebihan, dokter biasanya akan menganti nevirapine dengan efavirenz.

2. Efapirenz

Biasanya obat ini diminum dengan dosis 600mg sehari, dan sebaiknya dikonsumsi sebelum tidur. Efek obat ini menyebabkan pusing, dengan tidur, efek pusing gak akan terlalu Loe rasakan.

3. Rilpivirine (RPV)

 

C. Golongan Protease Inhibitor (PI

1. Lopinavir / ritonavir (LPV/r) 

 

D. Golongan Integrase Inhibitor (INSTI)

1. Dolutegravir (DTG)

 

Kalau Loe gak ada gejala penyakit TB (Tuberkulosis) atau Hepatitis B, biasanya kombinasi obat yang direkomendasikan dokter adalah:

AZT atau Tenovofir
Ditambah
Lamivudine atau Emtrisitabine
Ditambah
Efapirenz atau Nevirapine

Efek samping yang umumnya timbul saat kita mulai terapi ARV dapat berupa mual, muntah, kelelahan, dan sakit kepala.

Saat ini sudah ada juga kombinasi ARV jenis FDC (Fixed-Dose Combination) yang mengandung kombinasi Lamivudine, Efavirenz, dan Tenofovir dalam satu kapsul. ARV ini paling rendah efek sampingnya dibanding ARV jenis lain, dan cukup diminum satu kali setiap hari sebelum tidur di jam yang sama.

Nah, sudah cukup kenal kan sama jenis-jenis obat yang sedang atau akan Loe minum?

Awalnya Gue juga sedikit takut kok buat memulai ARV karena tahu efek-efek dari samping ARV. Tapi efeknya, gak seberat yang Loe bayangkan koq. Ketika tubuh Loe dalam kondisi fit, efek sampingnya gak bakal terlalu terasa dan akan semakin berkurang begitu tubuh sudah beradaptasi dengan ARV.

Yuk mulai ARV segera!

Referensi:

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman Pelayanan Gizi Bagi ODHA. Jakarta, Indonesia: Kementerian Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Buku Saku, Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas. Jakarta, Indonesia: Kementerian Kesehatan.
Buku Saku: Pengobatan ARV Bagi Petugas Lapangan Komunitas. Jaringan Indonesia Positif. Edisi Pertama. Jakarta. 2020

Baca juga:
Apa itu ARV
Apa Saja Jenis-jenis ARV
Bagaimana cara ARV Bekerja
Mengapa ARV yang Gue Punya Beda dengan yang Loe Punya?
Apa saja Efek Samping ARV dan cara Gue Mengatasinya
Pemeriksaan apa saja yang Gue Lakukan sebelum Terapi ARV
Cara Gue Mengakses ARV
Cara Gue Memulai Terapi ARV
Cara Gue Menjalani Terapi ARV
5 Alasan Gue Memulai ARV
Apa itu Resisten Obat ARV, dan Kenapa?
ARV dan CD4
Plus dan Minus Menunda Terapi ARV
Tepat Waktu Minum Obat ARV? Gampang!
5 Mitos yang KELIRU Tentang ARV

You may also like

No Comment

You can post first response comment.

Leave A Comment

Please enter your name. Please enter an valid email address. Please enter a message.